thi 2016 ~ kesenian

Videos

  • kesenian di indonesia

    seni tari yang di akui unesco di bali

  • tari saman

    tari yang mengandung unsur agama

  • gamelan jawa

    gamelan jawa adalah alat musik pengiring dalam sebuah seni

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Minggu, 27 November 2016

tari tengul



Tari Thengul adalah tarian tradisional yang terinspirasi Wayang thengul dari Bojonegoro, Jawa Timur. Dalam tarian ini biasanya dipentaskan oleh penari secara berkelompok dengan gerakan, ekspresi dan kostum yang menyerupai Wayang thengul. Tari Thengul ini merupakan tarian kreasi yang diciptakan selain untuk seni, juga sebagai wujud apresiasi dan upaya untuk mengangkat kembali kesenian Wayang thengul yang hampir tenggelam seiring dengan perkembangan jaman.
Menurut sumber sejarah yang ada, Tari Thengul ini diciptakan pada tahun 1991an oleh Joko Santoso dan Ibnu Sutawa. Awalnya mereka diminta oleh Dinas P dan K Kabupaten Bojonegoro untuk menciptakan suatu tarian kreasi baru yang akan ditampilkan di acara pekan budaya provinsi Jawa Timur. Setelah jadi dan di tampilkan pada acara tersebut, ternyata mendapat sambutan yang baik dengan memenangkan kategori penampilan terbaik. Dari situlah kemudian Tari Thengul banyak dikenal oleh masyarakat luas dan menjadi salah satu tarian tradisional di Bojonegoro, Jawa Timur.
Tari Thengul ini biasanya ditampilkan oleh tujuh orang penari putri dengan kostum dan tata rias muka putih seperti boneka. Penari tersebut menari layaknya Wayang thengul dengan gerakan yang kaku dan ekspresi yang terlihat lucu sehingga memunculkan kesan humor dan menghibur dalam setiap pertunjukannya. Gerakan dan ekspresi itulah yang menajadi salah satu ciri khas dari Tari Thengul ini.
Dalam pertunjukannya diawali dengan buka gender dan dilanjutkan dengan slantem bersama oklik. Kemudian  penari keluar dengan jalan pinokio dan dilanjutkan dengan buka cluluk, jogedan, playon, guyonan dan kemudian di tutup dengan kayon. Dalam pertunjukan Tari Thengul ini juga diiringi berbagai alat music tradisional seperti oklik, ithik – ithik, biola dan gamelan laras slendro. Selain musik pengiring juga diiringi dengan tembang dan senggakan.
Untuk kostum dan tata rias yang digunakan pada tari tengul ini, penari bentuk layaknya karakter Wayang thengul. Wajah penari dirias dengan warna putih dengan garis hitam pada rambut, alis dan mata. Untuk busana yang di gunakan, pada bagian atas menggunakan busana seperti kemben dan pada bagian bawah menggunakan kain panjang bercorak bledak. Pada bagian kepala menggunakan cundhuk berbentuk seperti Wayang thengul.
Gambar : Tari Thengul
Dalam perkembangannya, Tari Thengul ini masih tetap dipelajari dan dilestarikan keberadaanya. Selain masuk dalam ranah pariwisata, tarian ini juga dimasukan ke dalam ranah pendidikan sebagai upaya memperkenalkan kepada generasi muda agar proses regenerasi tetap berjalan. Selain itu Tari Thengul ini juga sering ditampilkan di berbagai acara festival budaya yang diadakan baik di daerah maupun luar daerah. Tidak hanya sampai disitu, tarian ini juga dijadikan tarian selamat datang bagi tamu besar yang datang ke Bojonegoro, Jawa Timur. Tentunya  sebagai upaya untuk melestarikan dan memperkenalkan kepada masyarakat luas tentang Tari Thengul ini.
Sekian pengenalan tentang “Tari Thengul Tarian Tradisional dari Bojonegoro, Jawa Timur”. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan anda tentang kesenian tradisional di Indonesia.
Share:

tari merak

Tari Merak merupakan salah satu ragam tarian kreasi baru yang mengekspresikan kehidupan binatang, yaitu burung merak. Tata cara dan geraknya diambil dari kehidupan merak yang diangkat ke pentas oleh Seniman Sunda Raden Tjetje Somantri.[1][2]

Deskripsi

Merak yaitu binatang sebesar ayam, bulunya halus dan dikepalanya memiliki seperti mahkota.[3] Kehidupan merak yang selalu mengembangkan bulu ekornya agar menarik burung merak wanita menginspirasikan R. Tjetje Somantri untuk membuat tari Merak ini.[2]
Dalam pertunjukannya, ciri bahwa itu adalah terlihat dari pakaian yang dipakai penarinya memiliki motif seperti bulu merak. Kain dan bajunya menggambarkan bentuk dan warna bulu-bulu merak; hijau biru dan/atau hitam.[2] Ditambah lagi sepasang sayapnya yang melukiskan sayap atau ekor merak yang sedang dikembangkan. Gambaran merak akan jelas dengan memakai mahkota yang dipasang di kepala setiap penarinya. [2]
Tarian ini biasanya ditarikan berbarengan, biasanya tiga penari atau bisa juga lebih yang masing-masing memiliki fungsi sebagai wanita dan laki-lakinya.[2] Iringan lagu gendingnya yaitu lagu Macan Ucul. Dalam adegan gerakan tertentu terkadang waditra bonang dipukul di bagian kayunya yang sangat keras sampai terdengar kencang, itu merupakan bagian gerakan sepasang merak yang sedang bermesraan.[2]
Dari sekian banyaknya tarian yang diciptakan oleh Raden Tjetje Somantri, mungkin tari Merak ini merupakan tari yang terkenal di Indonesia dan luar negeri.[2] Tidak heran kalau seniman Bali juga, di antaranya mahasiswa Denpasar menciptakan tari Manuk Rawa yang konsep dan gerakannya hampir mirip dengan tari Merak.[2]
Share:

tari pedet

Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius. Pencipta/koreografer bentuk modern tari ini adalah I Wayan Rindi (? - 1967).[butuh rujukan]
Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, dewasa maupun gadis.[butuh rujukan]
Tarian ini diajarkan sekadar dengan mengikuti gerakan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.
Tari putri ini memiliki pola gerak yang lebih dinamis daripada Tari Rejang yang dibawakan secara berkelompok atau berpasangan. Biasanya ditampilkan setelah Tari Rejang di halaman pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa sangku, kendi, cawan, dan perlengkapan sesajen lainnya.[butuh rujukan]

Kontroversi Pendet 2009

Tari pendet menjadi sorotan media Indonesia karena tampil dalam program televisi Enigmatic Malaysia Discovery Channel. Menurut pemerintah Malaysia, mereka tidak bertanggung jawab atas iklan tersebut karena dibuat oleh Discovery Channel Singapura,[1] kemudian Discovery TV melayangkan surat permohonan maaf kepada kedua negara, dan menyatakan bahwa jaringan televisi itu bertanggung jawab penuh atas penayangan iklan program tersebut.[2] Meskipun demikian, insiden penayangan pendet dalam program televisi mengenai Malaysia ini sempat memicu sentimen Anti-Malaysia di Indonesia.
Share:

Tari rodat

Rodat adalah Tarian tradisional Melayu yang dipercayai berasal dari Timur Tengah dan dibawa ke Terengganu oleh pedagang Acheh pada awal abad ke-19.[1] Istilah Rodat mungkin gabungan dua perkataan Hadrat Baghdad yang bermaksud zikir (lagu-lagu yang memuji Allah dan Nabi Muhammad). [2]
Sehingga tahun 1900-an, Rodat biasanya dilaksanakan oleh semua ahli kumpulan lelaki sahaja dengan gaya asal nyanyian zikir dengan rebana iringan untuk meraikan Maulidur Rasul dan majlis perkahwinan Melayu. Walau bagaimanapun pada tahun 1930, unsur tarian telah dimasukkan dan dilaksanakan oleh penari wadam yang kemudiannya digantikan oleh penari wanita selepas Perang Dunia Kedua. Dengan tambahan tarian dan nyanyian lagu-lagu popular Melayu dan Hindustan dan penari perempuan, Rodat menjadi popular di acara-acara sekular seperti perayaan menuai, Instiadat pertabalan Sultan dan perayaan Hari Kebangsaan Malaysia. [1][2]
Bilangan pemain dan penghibur dalam satu kumpulan Rodat kebiasaannya terdiri antara 20 hingga 26 orang dan terdiri daripada tiga kumpulan berasingan penghibur: pelenggok (12 penari lelaki), pengadi (8 pemain alat muzik Rodat) dan mak inang (4-6 penari perempuan). Pergerakan tarian asas dibahagikan kepada duduk-melutut, gabungan mencangkung dan berdiri (dilakukan terutamanya oleh penari lelaki) dan pergerakan berdiri.[3][4]
sumber: https://ms.wikipedia.org/wiki/Rodat
Share:

Tari saman

Tari Saman adalah sebuah tarian Suku Gayo yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian saman mempergunakan Bahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa literatur menyebutkan tari saman di Aceh didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara. Tari saman ditetapkan UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia dalam Sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya Tak benda UNESCO di Bali, 24 November 2011.[1]

Makna dan Fungsi

Tari Saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan (dakwah). Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan.
Sebelum saman dimulai yaitu sebagai mukaddimah atau pembukaan, tampil seorang tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat (keketar) atau nasihat-nasihat yang berguna kepada para pemain dan penonton.
Lagu dan syair pengungkapannya secara bersama dan berkesinambungan, pemainnya terdiri dari pria-pria yang masih muda-muda dengan memakai pakaian adat. Penyajian tarian tersebut dapat juga dipentaskan, dipertandingkan antara grup tamu dengan grup sepangkalan (dua grup). Penilaian dititik beratkan pada kemampuan masing-masing grup dalam mengikuti gerak, tari dan lagu (syair) yang disajikan oleh pihak lawan.

Paduan Suara

Tari saman biasanya ditampilkan tidak menggunakan iringan alat musik, akan tetapi menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronisasi dan menghempaskan badan ke berbagai arah. Tarian ini dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut syekh. Karena keseragaman formasi dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna. Tarian ini khususnya ditarikan oleh para pria.
Pada zaman dahulu, tarian ini pertunjukkan dalam acara adat tertentu, di antaranya dalam upacara memperingati hari Maulid Nabi Muhammad. Selain itu, khususnya dalam konteks masa kini, tarian ini dipertunjukkan pula pada acara-acara yang bersifat resmi, seperti kunjungan tamu-tamu antar kabupaten dan negara, atau dalam pembukaan sebuah festival dan acara lainnya.    

Nyanyian

Nyanyian para penari menambah kedinamisan dari tarian saman. Cara menyanyikan lagu-lagu dalam tari saman dibagi dalam 5 macam:
  1. Rengum, yaitu auman yang diawali oleh pengangkat.
  2. Dering, yaitu rengum yang segera diikuti oleh semua penari.
  3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari pada bagian tengah tari.
  4. Syekh, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak.
  5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari solo.

Contoh lirik nyanyian Tari Saman

* Gerakan I:
** Penari:
Salamualaikum, kami ucapkan
Para undangan, yang baro teuka
Karena saleum, Nabi kheun sunnah
Jaroe ta mumat, tanda mulia

Mulia wareh, ranup lampuan
Mulia rakan, mameh suara
Ranup kuneng on, kamo bareujang
Kamo bareujang, wahai cendana
* Gerakan II:
** Penari:
Kutiding lahang ding heeum (tepuk)
Kutiding lahang ding heeum lahembot, bot la tiding la hembot, bot la tiding
la hembot, bot la tiding la hembot, bot la tiding
Hay me puteh puteh, hay me puteh puteh
La bungong si bungong puteh
La bungong si bungong puteh
Hay lon lhat bak binteh, hay lon lhak bak binteh
Bak binteh keu ayeum mata
Bak binteh keu ayeum mata
* Gerakan III:
** Penari:
Haay jalla
Tun mille la mille, jalla tun hey jalla
Tun mille la mille jalla tun
Lem burak menari lam ateuh
Runggunong lahombak, cabeung bungong hain aneuk aneuk leun kuak

Gerakan

Tarian Saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam tarian saman, yakni tepuk tangan dan tepuk dada. Diduga, ketika menyebarkan agama Islam, Syekh Saman mempelajari tarian Melayu kuno, kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang disertai dengan syair-syair dakwah islam demi memudakan dakwahnya .Dalam konteks kekinian, tarian ritual yang bersifat religius ini masih digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui pertunjukan-pertunjukan.
Tari Saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik,kerena hanya menampilkan gerak tepuk tangan gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak guncang, kirep, lingang, surang-saring (semua gerak ini menggunakan bahasa Bahasa Gayo).

Penari

Pada umumnya, tarian saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki, tetapi jumlahnya harus ganjil. Pendapat lain mengatakan tarian ini ditarikan kurang lebih dari 10 orang, dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi. Namun, dalam perkembangan di era modern yang menghendaki bahwa suatu tarian itu akan semakin semarak apabila ditarikan oleh penari dengan jumlah yang lebih banyak. Untuk mengatur berbagai gerakannya ditunjuklah seorang pemimpin yang disebut syekh. Selain mengatur gerakan para penari, syekh juga bertugas menyanyikan syair-syair lagu saman, yaitu ganit.
sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Saman
Share:

Tari remo

Tari Remo berasal dari Kabupaten Jombang, Jawa Timur[butuh rujukan]. Tarian ini berasal dari kecamatan Diwek Di desa Ceweng, tarian ini diciptakan oleh warga yang berprofesi sebagai pengamen tari di kala itu, memang banyak profesi tersebut di Jombang, kini Tarian ini pada awalnya merupakan tarian yang digunakan sebagai pengantar pertunjukan ludruk. Namun, pada perkembangannya tarian ini sering ditarikan secara terpisah sebagai sambutan atas tamu kenegaraan, ditarikan dalam upacara-upacara kenegaraan, maupun dalam festival kesenian daerah.
Tarian ini sebenarnya menceritakan tentang perjuangan seorang pangeran dalam medan laga. Akan tetapi dalam perkembangannya tarian ini menjadi lebih sering ditarikan oleh perempuan, sehingga memunculkan gaya tarian yang lain: Remo Putri atau Tari Remo gaya perempuan.
Menurut sejarahnya, tari remo merupakan tari yang khusus dibawakan oleh penari laki – laki. Ini berkaitan dengan lakon yang dibawakan dalam tarian ini. Pertunjukan tari remo umumnya menampilkan kisah pangeran yang berjuang dalam sebuah medan pertempuran. Sehingga sisi kemaskulinan penari sangat dibutuhkan dalam menampilkan tarian ini.
Berdasarkan perkembangan sejarah tari remo, dulunya tari remo merupakan seni tari yang digunakan sebagai pembuka dalam pertunjukan ludruk. Namun seiring berjalannya waktu, fungsi dari tari remo pun mulai beralih dari pembuka pertunjukan ludruk, menjadi tarian penyambutan tamu, khususnya tamu – tamu kenegaraan. Selain itu tari remo juga sering ditampilkan dalam festival kesenian daerah sebagai upaya untuk melestarikan budaya Jawa Timur. Oleh karena itulah kini tari remo tidak hanya dibawakan oleh penari pria, namun juga oleh penari wanita. Sehingga kini muncul jenis tari remo putri. Dalam pertunjukan tari remo putri, umumnya para penari akan memakai kostum tari yang berbeda dengan kostum tari remo asli yang dibawakan oleh penari pria.

Tata Gerak

Karakteristika yang paling utama dari Tari Remo adalah gerakan kaki yang rancak dan dinamis. Gerakan ini didukung dengan adanya lonceng-lonceng yang dipasang di pergelangan kaki. Lonceng ini berbunyi saat penari melangkah atau menghentak di panggung. Selain itu, karakteristika yang lain yakni gerakan selendang atau sampur, gerakan anggukan dan gelengan kepala, ekspresi wajah, dan kuda-kuda penari membuat tarian ini semakin atraktif.

Tata Busana

Busana dari penari Remo ada berbagai macam gaya, di antaranya: Gaya Sawunggaling, Surabayan, Malangan, dan Jombangan. Selain itu terdapat pula busana yang khas dipakai bagi Tari Remo gaya perempuan.

Busana gaya Surabayan

Terdiri atas ikat kepala merah, baju tanpa kancing yang berwarna hitam dengan gaya kerajaan pada abad ke-18, celana sebatas pertengahan betis yang dikait dengan jarum emas, sarung batik Pesisiran yang menjuntai hingga ke lutut, setagen yang diikat di pinggang, serta keris menyelip di belakang. Penari memakai dua selendang, yang mana satu dipakai di pinggang dan yang lain disematkan di bahu, dengan masing-masing tangan penari memegang masing-masing ujung selendang. Selain itu, terdapat pula gelang kaki berupa kumpulan lonceng yang dilingkarkan di pergelangan kaki.

Busana Gaya Sawunggaling

Pada dasarnya busana yang dipakai sama dengan gaya Surabayan, namun yang membedakan yakni penggunaan kaus putih berlengan panjang sebagai ganti dari baju hitam kerajaan.

Busana Gaya Malangan

Busana gaya Malangan pada dasarnya juga sama dengan busana gaya Surabayan, namun yang membedakan yakni pada celananya yang panjang hingga menyentuh mata kaki serta tidak disemat dengan jarum.

Busana Gaya Jombangan

Busana gaya Jombangan pada dasarnya sama dengan gaya Sawunggaling, namun perbedaannya adalah penari tidak menggunakan kaus tetapi menggunakan rompi.

Busana Remo Putri

Remo Putri mempunyai busana yang berbeda dengan gaya remo yang asli. Penari memakai sanggul, memakai mekak hitam untuk menutup bagian dada, memakai rapak untuk menutup bagian pinggang sampai ke lutut, serta hanya menggunakan satu selendang saja yang disemat di bahu bahu.

Pengiring

Musik yang mengiringi Tari Remo ini adalah gamelan, yang biasanya terdiri atas bonang barung/babok, bonang penerus, saron, gambang, gender, slentem siter, seruling, kethuk, kenong, kempul, dan gong. Adapun jenis irama yang sering dibawakan untuk mengiringi Tari Remo adalah Jula-Juli dan Tropongan, namun dapat pula berupa gending Walangkekek, Gedok Rancak, Krucilan atau gending-gending kreasi baru. Dalam pertunjukan ludruk, penari biasanya menyelakan sebuah lagu di tengah-tengah tariannya.
sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Remo
Share:

Sabtu, 26 November 2016

tari bedhaya ketawang

Tari Bedhaya Ketawang (Bahasa Jawa: Tari Bedhoyo Ketawang) adalah sebuah tarian kebesaran yang hanya dipertunjukkan ketika penobatan serta Tingalandalem Jumenengan Sunan Surakarta (upacara peringatan kenaikan tahta raja). Nama Bedhaya Ketawang sendiri berasal dari kata bedhaya yang berarti penari wanita di istana.[1][2] Sedangkan ketawang berarti langit, identik dengan sesuatu yang tinggi, keluhuran, dan kemuliaan.[1] Tari Bedhaya Ketawang menjadi tarian sakral yang suci karena menyangkut Ketuhanan, dimana segala sesuatu tidak akan terjadi tanpa kehendak Tuhan Yang Maha Esa.[1]

Ada beberapa legenda yang mengungkapkan pembentukan tarian ini.[2] Suatu ketika, Sultan Agung Hanyakrakusuma yang memerintah Kesultanan Mataram dari tahun 1613-1645, sedang melakukan laku ritual semadi.[3] Konon, dalam keheningan sang raja mendengar suara tetembangan (senandung) dari arah tawang atau langit.[3] Sultan Agung merasa terkesima dengan senandung tersebut.[3] Begitu selesai bertapa, Sultan Agung memanggil empat orang pengiringnya yaitu Panembahan Purbaya, Kyai Panjang Mas, Pangeran Karang Gayam II, dan Tumenggung Alap-Alap.[3] Sultan Agung mengutarakan kesaksian batinnya pada mereka.[3] Karena terilhami oleh pengalaman gaib yang ia alami, Sultan Agung sendiri menciptakan sebuah tarian yang kemudian diberi nama Bedhaya Ketawang.[3] Menurut versi yang lain, dikisahkan pula bahwa dalam pertapaanya, Panembahan Senapati bertemu dan bercinta dengan Ratu Kencanasari atau yang dikenal juga dengan sebutan Kangjeng Ratu Kidul yang kemudian menjadi cikal bakal tarian ini.[2]
Setelah Perjanjian Giyanti pada tahun 1755, Pakubuwana III bersama Hamengkubuwana I melakukan pembagian harta warisan Kesultanan Mataram, yang sebagian menjadi milik Kasunanan Surakarta dan sebagian lainnya menjadi milik Kesultanan Yogyakarta. Pada akhirnya Tari Bedhaya Ketawang menjadi milik istana Surakarta, dan dalam perkembangannya sampai sekarang ini Tari Bedhaya Ketawang masih tetap dipertunjukkan saat penobatan dan upacara peringatan kenaikan tahta Sunan Surakarta.

Seputar Tarian dan Makna Filosofis di Dalamnya

Bedhaya Ketawang merupakan suatu tarian yang berfungsi bukan hanya sebagai hiburan, karena tarian ini hanya ditarikan untuk sesuatu yang khusus dan dalam suasana yang sangat resmi. Tari Bedhaya Ketawang menggambarkan hubungan asmara Kangjeng Ratu Kidul dengan raja-raja Mataram. Semuanya diwujudkan dalam gerak-gerik tangan serta seluruh bagian tubuh, cara memegang sondher dan lain sebagainya. Semua kata-kata yang tercantum dalam tembang (lagu) yang mengiringi tarian, menunjukkan gambaran curahan asmara Kangjeng Ratu Kidul kepada sang raja.
Menurut kepercayaan masyarakat, setiap Tari Bedhaya Ketawang ini dipertunjukkan maka dipercaya Kangjeng Ratu Kidul akan hadir dalam upacara dan ikut menari sebagai penari ke sepuluh. Tari Bedhaya Ketawang ini dibawakan oleh sembilan penari. Dalam mitologi Jawa, sembilan penari Bedhaya Ketawang menggambarkan sembilan arah mata angin yang dikuasai oleh sembilan dewa yang disebut dengan Nawasanga. Versi lain menyebutkan bahwa jumlah penari yang sembilan orang merupakan lambang dari Sembilan Wali atau Wali Songo. Sebagai tarian sakral, ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh penarinya. Syarat utama adalah penarinya harus seorang gadis suci dan tidak sedang haid. Jika sedang haid maka penari tetap diperbolehkan menari dengan syarat harus meminta izin kepada Kangjeng Ratu Kidul dengan dilakukannya caos dhahar di Panggung Sangga Buwana, Keraton Surakarta. Syarat selanjutnya yaitu suci secara batiniah. Hal ini dilakukan dengan cara berpuasa selama beberapa hari menjelang pergelaran.[2] Kesucian para penari benar-benar diperhatikan karena konon kabarnya Kangjeng Ratu Kidul akan datang menghampiri para penari yang gerakannya masih salah pada saat latihan berlangsung.[2]
Sembilan penari Bedhaya Ketawang memiliki nama dan fungsi masing-masing.[1] Tiap penari tersebut memiliki simbol pemaknaan tersendiri untuk posisinya[2]:
  • Penari pertama disebut Batak yang disimbolkan sebagai pikiran dan jiwa.[2][3]
  • Penari ke dua disebut Endhel Ajeg yang disimbolkan sebagai keinginan hati atau nafsu.[2][3]
  • Penari ke tiga disebut Endhel Weton yang disimbolkan sebagai tungkai kanan.[2][3]
  • Penari ke empat disebut Apit Ngarep yang disimbolkan sebagai lengan kanan.[2][3]
  • Penari ke lima disebut Apit Mburi yang disimbolkan sebagai lengan kiri.[2][3]
  • Penari ke enam disebut Apit Meneg yang disimbolkan sebagai tungkai kiri.[2][3]
  • Penari ke tujuh disebut Gulu yang disimbolkan sebagai badan.[2][3]
  • Penari ke delapan disebut Dhada yang disimbolkan sebagai badan.[2][3]
  • Penari ke sembilan disebut Buncit yang disimbolkan sebagai organ seksual. Penari ke sembilan disini direpresentasikan sebagai konstelasi bintang-bintang yang merupakan simbol tawang atau langit.
Busana yang digunakan oleh para penari Bedhaya Ketawang adalah dodot ageng atau disebut juga basahan, yang biasanya digunakan oleh pengantin perempuan Jawa. Penari juga menggunakan gelung bokor mengkurep, yaitu gelungan yang berukuran lebih besar daripada gelungan gaya Yogyakarta,[4] serta berbagai aksesoris perhiasan yang terdiri atas centhung, garudha mungkur, sisir jeram saajar, cundhuk mentul, dan tiba dhadha (rangkaian bunga melati yang dikenakan di gelungan yang memanjang hingga dada bagian kanan). Busana penari Bedhaya Ketawang sangat mirip dengan busana pengantin Jawa dan didominasi dengan warna hijau, menunjukkan bahwa Bedhaya Ketawang merupakan tarian yang menggambarkan kisah asmara Kangjeng Ratu Kidul dengan raja-raja Mataram.
Pada awalnya Bedhaya Ketawang dipertunjukkan selama dua setengah jam. Tetapi sejak zaman Pakubuwana X diadakan pengurangan, hingga akhirnya menjadi berdurasi satu setengah jam. Gending atau musik yang dipakai untuk mengiringi Bedhaya Ketawang disebut Gending Ketawang Gedhe yang bernada pelog. Perangkat gamelan yang digunakan untuk membawakan gending ini terdiri dari lima jenis, yaitu kethuk, kenong, kendhang, gong, dan kemanak, yang sangat mendominasi keseluruhan irama gending. Bedhaya Ketawang dibagi menjadi tiga adegan (babak). Di tengah-tengah tarian, laras (nada) gending berganti menjadi nada slendro selama dua kali, kemudian nada gending kembali lagi ke laras pelog hingga tarian berakhir. Pada bagian pertama tarian diiringi dengan tembang Durma, selanjutnya berganti ke Retnamulya. Pada saat mengiringi jalannya penari masuk kembali ke Dalem Ageng Prabasuyasa, alat gamelan yang dimainkan ditambah dengan rebab, gender, gambang, dan suling. Ini semuanya dilakukan untuk menambah keselarasan suasana.[5]

https://id.wikipedia.org/wiki/Bedaya_ketawang
Share:

Fungsi Seni Tari

Fungsi Seni Tari

  • Tari Pertunjukan, yakni tarian yang dipersiapkan dengan matang untuk dipentaskan. Tarian ini menekankan pada sisi koreografi artistik, konsep dan ide yang matang, serta tema dan tujuan yang terstruktur.
  • Tari Upacara, yakni tarian yang dilakukan dalam upacara adat maupun keagamaan. Tarian ini menitik beratkan ada kekhidmatan dan juga komunikasi pada sang pencipta.


  • Tari Hiburan, yakni tarian yang dimainkan hanya untuk menghibur penontonnya saja. Tarian ini biasanya menggunakan iringan musik dengan irama yang enak didengar sehingga mampu menhilangkan jenuh.
  • Tari Pergaulan, yakni tarian yang dilakukan untuk saling berinteraksi dan berkesenian bersama. Tarian ini bersifat ceria dan lincah serta bersifat komunikatif, sehingga mampu memberikan interaksi atau timbal balik.
  • Tari Kesenian, yakni tarian yang dipertunjukkan untuk melestarikan budaya dan menghargai warisan budaya tradisional. Tarian ini hanya dipentaskan pada acara-acara kebudayaan saja.
http://kliping.co/pengertian-seni-tari-unsur-jenis-fungsi/
Share:

Unsur-Unsur Tari

Unsur-unsur dalam Seni Tari

Agar tercipta suatu gerak ritmis yang indah, terdapat beberapa unsur yang membangunnya. Unsur-unsur tersebut dibagi menjadi dua jenis, yakni unsur utama dan unsur pendukung.
  • Unsur Utama Seni Tari

    Sebuah gerakan ritmis dikatakan sebagai tarian apabila sudah mencakup tiga unsur utama seni tari. Jika salah tidak ada semua atau salah satu dari unsur tersebut, maka tidak bisa disebut tari. Unsur utama tersebut adalah.
    • Wiraga (raga). Sebuah seni tari harus menonjolkan gerakan badan, baik dalam posisi berdiri atau pun duduk.
    • Wirama (irama). Sebuah seni tari harus memiliki gerakan ritmis yang sesuai dengan irama pengiringnya, baik dari tempo maupun iramanya.
    • Wirasa (rasa). Sebuah seni tari harus mampu menyampaikan pesan perasaan melalui gerakan sebuah tarian dan ekspresi penarinya.


  • Unsur Pendukung Seni Tari

    Ketika unsur utama sudah terpenuhi, maka akan lebih baik jika unsur pendukung seni tari juga dipenuhi. Supaya dalam sebuah pementasan sendra tari atau pertunjukan tari bisa terlihat mempunyai daya pesona. Unsur-unsur tersebut adalah.
    • Ragam Gerak. Agar sebuah tarian menjadi indah dierlukan kombinasi gerakan pada beberapa anggota tubuh. Sehingga tidak hanya tangan dan kaki saja, tetapi lenggokan, lirikan mata, ekspresi dan gerak kepala juga bisa ditambahkan. Sehingga sebuah tarian akan terlihat lebih estetis lagi.
    • Ragam Iringan. Jika sebuah tarian diiringi musik ritmis maka tarian akan daat dinikmati secara gerak, suara dan perasaan. Tetapi akan lebih hidup jika diikuti dengan suara iringan yang berasa dari tubuh penarinya. Baik itu tepukan tangan, suara hentakan kaki, atau teriakan yang mengiringi gerak tariannya.
    • Rias dan Kostum. Dalam sebuah tarian, unsur rasa juga harus dipenuhi supaya pesan tariannya sampai. Supaya sampai dan lebih mengena, maka akan lebih bagus bila dilengkapi dengan riasan dan kostum yang sesuai dengan tema tariannya. Sehingga ekspresi muka dan gerak tariannya bisa menambah pesona dan keindahan sebuah pertunjukan tari.
    • Pola Lantai/Blocking. Sebuah tarian akan terlihat indah apabila gerakannya disesuaikan dengan pola lantai. Jadi gerakan penari tidak terfokus di tengah panggung atau pada satu titik saja. Penari harus menyesuaikan dengan tempat dan juga posisi penontonnya. Selain itu, bila tarian ditampilkan berkelompok, transisi antar penari juga harus diatur dalam hal blockingnya. Supaya gerakannya tidak kacau, kompak dan teratur.

    http://kliping.co/pengertian-seni-tari-unsur-jenis-fungsi/
Share:

Jenis-Jenis Seni Tari

  • Jenis Seni Tari Berdasarkan Jumlah Penarinya

    Dalam sebuah tarian, subjek utama yang melakukannya adalah penari. Sehingga apabila dilihat dari jumlah penarinya, seni tari dapat dibagi menjadi tiga kategori.
    • Tari Tunggal (solo). Sebuah seni tari yang dibawakan oleh satu orang penari, baik laki-laki maupun perempuan. Contohnya adalah Tari Gatotkaca Gandrung dari Jawa Tengah.
    • Tari Berpasangan (duet). Sebuah seni tari yang dibawakan oleh dua orang penari secara berpasangan, baik laki-laki semua, perempuan semua, maupun seorang laki-laki dan seorang perempuan. Contohnya adalah Tari Topeng dari Jawa Barat.
    • Tari Berkelompok (grup). Sebuah seni tari yang dibawakan oleh lebih dari dua orang atau sekelompok penari, baik baik laki-laki semua, perempuan semua, maupun campuran antara laki-laki dan perempuan. Contohnya adalah Tari Saman dari Aceh.
  • Jenis Seni Tari Berdasarkan Genre/Alirannya

    Berdasarkan variasi gerakan dan iringan yang digunakan, tari dapat dikelompokkan ke dalam beberapa genre/aliran seni tari. Genre/aliran seni tari tersebut dibagi menjadi lima kategori.
    • Tari Tradisional. Tarian yang diwariskan secara turun temurun sejak zaman dulu yang dilestarikan dan menjadi bagian dari budaya sebuah daerah. Dalam tari tradisional terdapat filosofi, nilai, simbol dan juga unsur religius. Tarian tradisional biasanya tidak mengalami perubahan cukup besar, baik dari segi irama pengiring, formasi gerakan maupun riasan dan kostum yang dipakai. Nah, tari tradisional sendiri dibagi menjadi dua kategori lagi, yakni tari tradisional klasik dan kerakyatan.
      • Tari Tradisional Klasik merupakan tarian tradisional yang dikembangkan oleh kalangan bangsawan istana atau keraton. Tarian ini sudah baku dan tidak boleh diubah gerakannya. Ciri gerakan tari tradisional kalsik adalah anggun atau berwibawa dengan kosum yang mewah. Tarian seperti ini biasanya digunakan dalam upacara adat maupun penyambutan tamu kehormatan. Contoh tari tradisional klasik adalah Tari Bedhaya Srimpi dari Jawa Tengah dan Tari Sang Hyang dari Bali.
      • Tari Tradisional Kerakyatan merupakan tarian tradisional yang dikembangkan oleh kalangan rakyat biasa. Tarian ini memiliki gerakan yang tidak terlalu baku dan bisa diimprove. Baik ragam gerakan maupun kostum yang digunakan tergolong sederhana. Tarian tradisional kerakyatan biasanya ditarikan dalam upacara perayaan dan sebagai tari pergaulan. Contoh tari tradisional kerakyatan adalah Tari jaipong dari Jawa Barat dan Tari Lilin dari Sumatera Barat.
    • Tari Kreasi Baru merupakan tarian yang dikembangkan oleh seorang koreaografer/penata tari. Kaidah gerakannya sudah lepas dari gerakan baku dan bersifat bebas. Namun gerakan yang ditampilkan tetap gerakan tari yang estetis dan indah. Iringan musik, riasan dan kostum yang digunakan dalam tari kreasi baru sangat beragam sesuai dengan tema yang dibawakan. Tari kreasi baru dapat dikategorikan menjadi dua macam, yakni tari kreasi baru pola tradisi dan non tradisi.
      • Tari Kreasi Baru Pola Tradisi merupakan tarian yang menggunakan unsur tradisional dalam kreasinya. Baik dari segi gerakan, musik/irama, rias dan kostumnya terdapat sentuhan tradisionalnya.
      • Tari Kreasi Baru Pola Non Tradisimerupakan tarian yang sama sekali tidak menggunakan unsur tradisional dalam kreasinya. Baik dari segi gerakan, musik/irama, rias dan kostumnya tidak terdapat sentuhan tradisionalnya. Tarian ini sering disebut dengan tari modern.
    • Tari Kontemporer merupakan tarian yang menggunakan gerakan simbolik, unik dan mengandung sebuah pesan. Musik/irama yang digunakan juga unik, mulai dari irama musik sederhana, orkestra, sampai musik flutyloops yang berasal dari teknologi musik digital. Kostum dan riasan yang digunakan juga serba unik, biasanya disesuaikan dengan tema dan ide pertunjukan tarinya. Tari kontemporer biasanya dipentaskan untuk mengenang tokoh, kejadian, maupun hari tertentu yang meninggalkan cerita khusus.

    http://kliping.co/pengertian-seni-tari-unsur-jenis-fungsi/
Share:

pengertian seni tari

Pengertian seni tari secara garis besar adalah gerak tubuh secara berirama yang dilakukan di sebuah tempat dan waktu tertentu untuk mengungkapkan perasaan, pikiran dan maksud tertentu. Namun secara lebih spesifik lagi, beberapa pendapat tentang pengertian seni tari muncul dari beberapa ahli. Baik ahli dalam negeri maupun luar negeri memiliki pandangan tersendiri terhadap pengertian seni tari.

Pengertian Seni Tari Menurut Ahli

  • Corrie Hartong: “Tari merupakan desakan perasaan manusia yang ada di dalam diri, yang mendorongnya untuk mencari sebuah ungkapan yang berbentuk gerak-gerak yang ritmis”. Jadi menurut Corrie Hartong, suatu gerak dikatakan tari apabila gerakannya ritmis.
  • Dr. Soedarsono: “Tari merupakan ekspresi jiwa manusia melalui gerak-gerak ritmis yang indah (estetis)”. Menurut Dr. Soedarsono, yang dimaksud ekspresi jiwa adalah cetusan rasa dan emosional yang disertai kehendak diri. Sedangkan gerak ritmis yang indah adalah gerak tubuh yang sesuai irama pengiringnya, sehingga dapat menimbulkan daya pesona bagi yang melihatnya.
http://kliping.co/pengertian-seni-tari-unsur-jenis-fungsi/


Share:

About Author

Diberdayakan oleh Blogger.

Comments

Facebook

Ad Home

Magazine

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Latest Post

Popular Posts

Recent Posts

Flag Counter

Unordered List

Hetalia: Axis Powers - Taiwan

Definition List

Pages